Jumat, 04 Februari 2011

WAWANCARA MICHAEL ANGELO BATIO

“SAYA BANGGA DENGAN TEKNIK ‘OVER-UNDER’”

Di kalangan gitaris, terutama rock, rasanya tak ada yang tak mengenal shredder ‘sinting’ satu ini. Ia paling dikenal lewat atraksi permainan rumit yang menggunakan kedua tangannya sekaligus - kanan dan kiri - di gitar berleher ganda berbentuk “V” (twin-necked, V shaped guitar). Dan selain itu, sampai saat ini, ia telah berkali-kali didaulat sebagai shredder terbaik dan tercepat versi beberapa majalah gitar bergengsi di Amerika dan Eropa. Tahun lalu, Michael Angelo Batio (MAB) telah merilis sekuel album “Hands Without Shadows 2 - Voices” dimana ia memainkan beberapa komposisi milik gitaris dan musisi idolanya yang tentu saja dimainkan dengan gayanya sendiri.GitarPlus beruntung mendapat kesempatan berbincang-bincang dengan MAB secara eksklusif dan inilah hasilnya.

***

MAB mulai mengenal gitar (dan piano) pada usia 5 tahun dan langsung menekuninya lima tahun kemudian. Hanya butuh dua tahun, konon ia sudah bisa mengalahkan kecepatan permainan gitar gurunya. Empat tahun kemudian MAB sempat melirik jazz lalu sukses memperoleh gelar di Northeastern University, Illinois untuk bidang teori musik dan komposisi. Setelah itu, kesibukan sebagai session player pun mulai ditekuni, bahkan sempat menggarap ilustrasi musik untuk beberapa iklan produk. Tahun 1984, MAB mulai aktif di kegiatan band, bergabung di band metal Holland dan sempat merilis album. Lima tahun kemudian membentuk band Nitro dan merilis tiga album studio, yakni “O.F.R.”, “Nitro II: H.W.D.W.S.” dan “Gunnin’ for Glory”.

Untuk memuluskan karirnya di musik, April 1993, MAB mendirikan label rekaman sendiri bernama M.A.C.E. Music dan merilis album solo pertamanya, “No Boundaries” (1995). Melalui label inilah, MAB semakin leluasa mengembangkan kreavitas bermusiknya, merilis beberapa album serta DVD instruksional gitar. Seiring dengan itu pula MAB melakukan inovasi terhadap permainan gitarnya agar selalu terlihat menarik dan fresh. Tahun 2005, ia merilis “Hands Without Shadows”, dimana MAB mendaur ulang lagu-lagu para gitaris dan band favoritnya seperti Metallica, Randy Rhoads, Deep Purple, Led Zeppelin, Aerosmith, Bob Dylan dan Jimi Hendrix.

Empat tahun kemudian, MAB melanjutkan proyek album tribute ini dengan merilis “Hands Without Shadows 2 – Voices”, dimana kali ini dibumbui dengan tambahan vokal. Lagu-lagu yang diolahnya antara lain komposisi medley lagu-lagu Pantera, Eric Clapton, Van Halen serta nomor klasik milik Megadeth, “Symphony of Destruction”.

Saat Anda merilis “Hands Without Shadows 2: Voices”, kenapa Anda menambahkan vokal? Apa konsep yang melatari album ini?

Saya ingin membuat ‘lanjutan’ dari album “Hands Without Shadows” (HWS). Tadinya saya ingin mempertahankannya tetap sebagai album instrumental, namun ketika saya menambahkan unsur vokal, ternyata saya sangat menyukainya dan merilisnya, seperti yang telah Anda dengar saat ini. Saya juga ingin tetap mengacu ke pengaruh-pengaruh musikal saya dalam rock dan metal. Saya pikir satu hal yang telah saya pelajari di sini adalah betapa hebatnya artis-artis tersebut. Saya tahu, tidak mudah untuk merancang ulang lagu-lagu Pantera. Tidak menirunya, tapi memainkannya sesuai dengan versi saya sambil tetap mempertahankan kegaharan versi aslinya.

14 komentar: